Jumat, 27 Desember 2013

PENGARUH MOTIVASI DAN KONFLIK TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI PADA PUSKESMAS SAWAN I KABUPATEN BULELENG



Oleh
Kayan Mahendra Yudha Astika Putra
Gede Sandiasa & I Nyoman Sukraaliawan
Staf Pengajar FISIP Universitas Panji Sakti 

(Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 2 No. 1- Agustus 2013, hal 75-85)

Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah satu topik yang banyak dibicarakan, otonomi daerah menjadi wacana diberbagai kalangan. Kondisi ini juga banyak berpengaruh pada organisasi pemerintah yang banyak berbenah dalam memasuki era otonomi dan penataan organisasi pemerintahan daerah. Penelitian ini dilakukan pada salah satu organisasi pemerintah yang melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat. Adapun beberapa dari tujuan penelitian ini adalah (1)  untuk menganalisis motivasi terhadap semangat kerja pegawai ; (2) menteahui  pengaruh konflik terhadap semangat kerja ; dan  (3) mengetahui pengaruh motivasi dan konflik terhadap semangat kerja. Penelitian dilakukan di Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng yang terletak di Jalan Raya Sangsit Desa Kloncing, Singaraja Bali. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan kuesioner yang mengungkap data tentang motivasi, konflik dan semangat kerja pegawai di Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng. Data hasil kuesioner diukur dengan menggunakan skala lima, dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan Program SPSS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng; (2) Konflik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng, dan (3) secara simultan motivasi dan konflik berpengaruh terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng. Pimpinan Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng sebaiknya tetap meningkatkan motivasi pegawai dengan tetap memperhatikan kebutuhan pegawai, pimpinan hendaknya bersikap komunikatif dan aktif meminta pendapat dari berbagai pihak melalui diskusi guna menghindari terjadinya konflik, pimpinan hendaknya tetap melakukan kombinasi dan pengendalian konflik secara bersama untuk meningkatkan semangat kerja pegawai.

Kata Kunci : Motivasi, Konflik, dan Semangat Kerja.

Pendahuluan
Organisasi sebagai suatu sistem terdiri dari komponen yang saling berkaitan atau saling tergantung satu sama lain dan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.  Subsistem yang saling tergantung itu adalah tujuan dan nilai-nilai, teknikal, manajerial,  psikososial, dan subsistem struktur. Dalam proses interaksi antara suatu sub-sistem dengan sub-sistem lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara individu pelaksananya. Setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik antar individu maupun antar kelompok dalam organisasi. Dalam organisasi dibutuhkan suatu motivasi agar dalam melaksanakan kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak terdapat permasalahan yang nantinya menimbulkan ketidak cocokan antar pegawai satu dengan yang lainya.
Motivasi ialah mengajak pegawai mengikuti kemauan untuk menyelesaikan tugas. Menurut Makmur, motivasi dianggap sebagai penggerakan bawahan, dalam pemahaman bahwa penggerakan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi pemikiran-pemikiran tepat dan cepat yang dilakukan oleh berbagai tingkatan kepemimpinan dalam rangka meningkatkan atau menciptakan kemauan para bawahan untuk memahami pekerjaan, tugas dan tanggungjawab yang telah dipercayakan kepadanya sesuai dengan rencana sebelumnya (Makmur, 2009). Pegawai merasa termotivasi apabila merasa tindakannya mengarah pada pencapaian tujuan dan imbalan berharga yang akan memuaskan kebutuhan mereka.  Pegawai yang bermotivasi sangat mengerti tujuan tindakan mereka dan meyakini akan mencapai tujuan tersebut.  Pegawai akan termotivasi dengan sendirinya sepanjang menuju ke tujuan yang ingin dicapai, hal inilah bentuk motivasi paling baik (Sunarto,2005:13).
Masalah yang menyangkut pada diri pegawai sering mengakibatkan timbulnya konflik dalam bidang pekerjaan, apalagi pribadi pegawai itu tidak kokoh, dapat berakibat pada mudahnya terpengaruh oleh hal-hal yang mestinya bisa dihindari dan berakibat patal, baik secara probadi maupun kelembagaan.  Menyikapi permasalahan yang menyebabkan timbulnya konfik adalah keinginan memperoleh pengakuan, penghargaan, dan status sosial yang baik apakah akan menimbulkan semangat dalam memacu semangat kerja dan perbaikan kerja seorang pegawai pemerintahan ataukah malah sebaliknya sebuah konflik akan menimbulkan sebuah pertentangan dan rusaknya hubungan komunikasi kerja antar pegawai.
Pegawai merupakan salah satu aset yang sangat penting dalam pemerintahan, karena merekalah yang menghasilkan pekerjaan. Pegawai bukan hanya sebagai objek yang harus selalu mendapat perhatian dan perlindungan dari pemerintah tetapi juga pegawai sekaligus sebagai subjek yang menentukan berkualitas atau tidaknya pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, serta bersemangat atau tidaknya pelayanan tersebut.  Menurut Sinambela (2011), bahwa kualitas harus dikembangkan sejak awal proses agar dapat menghemat dana, waktu, daya dan memperkecil tingkat absensi.
Terkait dengan semangat kerja yang terjadi di Puskesmas Sawan I dimana tingkat absensi pada saat rapat dalam tahun 2012 cenderung mengalami penurunan dari setiap kehadiran pada saat rapat, diketahui dari tingkat kehadiran peserta dari 40 orang di jelaskan sebagai berikut.  Dalam satu tahun Puskesmas Sawan I mengadakan enam kali rapat dengan berbagai agenda rapat yang dibahas. Pada pertemuan pertama jumlah peserta rapat 23 Orang (57,5%), pertemuan kedua jumlah peserta rapat 33 Orang (82,5%),  pertemuan ketiga jumlah peserta rapat 26 Orang (65%), pertemuan keempat jumlah peserta rapat 18 Orang (45%),  pertemuan kelima 24 Orang (60%),  pertemuan keenam 13 Orang (32,5%).  Dari masalah inilah peneliti tertarik untuk dapat melakukan penelitian yang  mengenai motivasi, konflik kerja apakah berhubungn dengan semangat kerja yang akan dicapai dan tingkat kehadiran pegawai. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penulis merumuskan masalah penelitian 1) Bagaimana pengaruh Motivasi  terhadap Semangat Kerja Pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng. 2) Bagaimana pengaruh Konflik terhadap Semangat Kerja Pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng.  3) Bagaimana pengaruh Motivasi dan Konflik terhadap Semangat Kerja Pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng.

Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini tehnik yang digunakan adalah tehnik analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu menganalisis keterangan-keterangan berupa pertanyaan-pertanyaan yang kuantitatif  yang  juga di dukung dengan analisis kualitatif dikemukakan oleh sumber  yang bersangkutan,  berhubungan dengan penelitian ini. Analisis kuantitatif menggunakan analisis regresi tunggal dan analisis regresi linier berganda, analisis determinasi determinasi (R2), uji T-test, uji F-test

Hasil dan Pembahasan
            Analisis korelasi berganda diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,779  sesuai Tabel 1, ternyata ada pada interval 0,66-0,799 dengan katagori kuat. besarnya kontribusi motivasi dan konflik terhadap semangat kerja pegawai dalam bentuk presentase.  Diperoleh nilai sebesar 60,6%, hal ini berarti motivasi dan konflik memiliki kotribusi terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I
Tabel 1
Koefisien Korelasi Berganda dan Determinasi (Model Summary)
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson

1
.779a
.606
.585
4.15571
2.052

a. Predictors: (constant), konflik, motivasi


b. Dependent variable: semangat kerja











Analisis regresi tunggal analisis ini dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan atau pengaruh Motivasi (X1), terhadap Semangat Kerja Pegawai (Y) Ŷ = 11,674 + 0,344 X1
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Tunggal Pengaruh Motivasi terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
11.674
4.318

2.703
.010
Motivasi
.344
.061
.675
5.641
.000
a. Dependent Variable: semangat kerja



Pengaruh Konflik (X2), terhadap Semangat Kerja Pegawai (Y) Ŷ = 51,690 – 0,486 X2



Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Konflik terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
51.690
3.224

16.033
.000
Konflik
-.486
.095
-.640
-5.133
.000
a. Dependent Variable: semangat kerja


Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan atau pengaruh Motivasi (X1), Konflik (X2), terhadap Semangat Kerja Pegawai (Y) pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng.  Hasil analisis regresi berganda dengan persamaan regresi linier berganda, Ŷ = 28,975 + 0,251X1 – 0,326X2 tampak pada Tabel 4.
Tabel 4
Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Motivasi Konflik terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
28.975
5.917

4.897
.000
Motivasi
.251
.058
.491
4.301
.000
Konflik
-.326
.087
-.429
-3.762
.001
a. Dependent Variable: semangat kerja



Analisis T-test untuk mengetahui significant tidaknya hubungan antar variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji probabilitas. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai t hitung sebesar  4,301 lebih besar dari 2,024, maka H0 ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi (X1) dengan semangat kerja (Y). Untuk variabel konflik (X2) nilai t hitung sebesar  -3,762 lebih kecil dari -2,024, maka H0 ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel konflik dengan semangat kerja.
Analisis F-test untuk mengetahui significant tidaknya pengaruh antara variabel X1,X2 terhadap semangat kerja (Y) pada model persamaan regresi, Y = 28,975+0,251X1-0,326X2 , maka dilakukan pengujian secara simultan dengan uji F, diperoleh nilai F hitung 28,492 lebih besar dari 3,25, maka H0 ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi dan konflik dengan semangat kerja.
Tabel 5
ANOVAb
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
984.113
2
492.056
28.492
.000a
Residual
638.987
37
17.270


Total
1623.100
39



a. Predictors: (Constant), Konflik, Motivasi


b. Dependent Variable: Semangat Kerja












Analisis kualitatif, berdasarkan hasil analisis korelasi berganda diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,779 yang berarti ada hubungan yang kuat antara variabel motivasi dan konflik terhadap semangat kerja. Hal ini berarti ada keterkaitan yang kuat antara motivasi yang dimiliki oleh pegawai (motivasi instrinsik) dan motivasi yang diberikan oleh pihak pimpinan (motivasi ekstrinsik) terhadap semangat pegawai  pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng. Juga dapat dijelaskan bahwa semangat kerja pegawai memiliki hubungan yang erat dengan tingkat konflik yang terjadi, karena suasana kerja yang harmonislah yang diharapkan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-masing pegawai.
Hasil analisis regresi diketahui ternyata motivasi mempunyai pengaruh yang positif (searah) dan konflik mempunyai pengaruh yang negatif (terbalik) terhadap semangat kerja.  Hal ini berarti bila ingin meningkatkan semangat kerja pegawai dari sisi motivasi dapat dilakukan dengan meningkatkan motivasi. Motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik. Dan bila ingin meningkatkan semangat kerja pegawai dari sisi konflik, maka dapat dilakukan dengan menurunkan tingkat konflik antar pegawai, ciptakan suasana kerja yang harmonis, rasa kebersamaan dan kerjasama antar pegawai.
       Secara keseluruhan variabel motivasi dan konflik sudah memberikan kontribusi terhadap perubahan semangat kerja mencapai 60,6% (determinasi) yang berarti masih bisa ditingkatkan, atau ada variabel lain yang berpengaruh dan tidak diteliti dalam penelitian ini.  Hal ini dapat dimengerti karena adanya pegawai yang menilai bahwa konflik masih dirasakan ada, sehingga ada peluang untuk meningkatkan semangat dari sisi penurunan konflik tersebut.  Demikian juga halnya motivasi yang diberikan oleh pihak pimpinan belum dirasakan optimal, serta motivasi instrinsik belum tumbuh, juga masih memberikan peluang untuk meningkatkan semangat kerja pegawai.

Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada serta mengacu pokok permasalahan, maka dapat disimpulkan: 1) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng.  Infomasi ini memberikan keterangan bahwa variabel motivasi memberikan pengaruh yang searah terhadap semangat kerja pegawai; 2) Konflik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng.  Informasi ini memberikan keterangan bahwa variabel konflik memberikan pengaruh terbalik terhadap semangat kerja pegawai;  3) Secara simultan motivasi dan konflik berpengaruh terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng. Dari simpulan di atas untuk mengantisipasi hal-hal tersebut dan untuk mencapai maksud dan tujuan peningkatan semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng, maka disarankan; 1) Kepala Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng senantiasa meningkatkan motivasi pegawai dengan cara meningkatkan rasa berprestasi pegawai dan kebutuhan pegawai berupa tunjangan kesehatan maupun penghargaan kepada para pegawai karena diketahui kedua faktor tersebut paling banyak mendukung munculnya motivasi baru; 2) Oleh sebab konflik secara vertikal lebih banyak terjadi pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng, pimpinan hendaknya bersikap komunikatif dalam arti pimpinan harus aktif meminta pendapat dari berbagai pihak melalui diskusi yang memperhatikan kepentingan sepihak, termasuk pada bawahan tentunya guna menghindari terjadinya konflik disfungsional; 3) Oleh sebab konflik berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng hendaknya mendisain kompetisi positif dalam arti menciptakan suasana kompetisi yang sehat di antara unit-unit kerja maupun pada bwahannya langsung ke arah peningkatan performance organisasi; 4) Berhubung terdapat pengaruh yang kuat antara motivasi dan konflik dengan semangat kerja pegawai pada Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng agar tetap melakukan kombinasi motivasi dan konflik secara bersama-sama untuk meningkatkan semangat kerja pegawai.

Daftar Pustaka
Agung,Wahyu.2010, Panduan SPSS 16.0,Penerbit Garailmu,Bangutapan Jogjakarta
Gorda, I Gusti Ngurah. 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Widya Kriya Gematama, Denpasar.
Hasibuan 2007. Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai.
Ike Kusdyah Rachmawati. 2004. Manajemen (Konsep-konsep dasar dan Pengantar Teori). Penerbit Universitas Muhammadyah Malang Prees Malang.
Iqbal Hasan 2005. Pokok-pokok Materi Statistik 2.(Statistik Inferensif) Penerbit PT Bumi Aksara.Jakarta.
Kusnadi, H dan Bambang Wahyudi. 2001. Teori dan Manajemen Konflik (tradisional, kontemporer & islam). Penerbit Taroda. Malang.
Mangkunegara 2007. Prestasi kerja dan Penerapannya. Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta
Makmur, H, 2009. Teori Manajemen Strategik dalam Pemerintahan dan Pembangunan. PT Refika Aditama, Bandung
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Nirmam, Umar. 1999. Perilaku Organisasi. Edisi revisi. Penerbit CV Citra Media Surabaya.
Niti Semito Alex S. 2000. Manajemen Pariwisata (MSDM). PENERBIT Ghalia. Jakarta.
Sunarto. 2005. Manajemen Karyawan. Penerbit Amus. Yogyakarta.
Sinambela, Lijan Poltak, 2011. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan Implementasi.  Bumi Aksara, Jakarta
Taufiq. 1997. Regresi Dan Kolerasi. Penerbit Nur Cahaya. Yogyakarta.
Tohardi. Ahmad. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Mandar Maju
Puskesmas Sawan I Kabupaten Buleleng Jalan Raya Sangsit Desa Kloncing Kabupaten Buleleng
Rasmen Adi. Nyoman, 2008, SPSS 16. Penerbit Universitas Pendidikan Nasional Denpasar Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar