Sabtu, 30 Januari 2016

UPAYA PERBEKEL DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA



(Studi di Desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng)
Oleh I Made Sukrapa1 dan I Nyoman Sukraaliawan2
(Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 4 No. 1- Agustus 2015, hal 94-104)

Abstrak
Pembangunan di desa adalah merupakan perpaduan kegiatan pemerintah dan masyarakat. Kegiatan pemerintah dilakukan melalui program-program sektoral dari berbagai kementerian dan lembaga non kementerian. Masyarakat hendaknya berperan dalam mendukung dan menyukseskan program-program yang dijalankan oleh pemerintah. Untuk menyukseskan program tersebut, Perbekel sebagai pemimpin di Desa memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap program pembangunan. Lewat berbagai bentuk motivasi dan cara berkomunikasi yang baik dengan masyarakatnya, Perbekel Desa Bila berhasil meningkatkan partisipasi masyarakat yang dipimpinnya untuk terlibat secara aktif dalam setiap proses pembangunan, meskipun dalam perjalanannya berbagai hambatan dijumpainya, sehingga pembangunan di Desa Bila dapat berjalan sesuai dengan rencana dan berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci : pemimpin,pembangunan, partisipasi, motivasi, komunikasi
 

1Mahasiswa  Fisip Tugas Akhir, 2 Staf Pengajar Fisip Universitas Panji Sakti


1.    Pendahuluan
Desa merupakan kesatuan terkecil pemerintahan di Indonesia memiliki potensi yang harus dikembangkan. Hal ini disebabkan karena desa merupakan ujung tombak keberhasilan pembangunan, betapa tidak mengingat sekitar 80 % penduduk Indonesia bertempat tinggal di desa dan bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu membangun desa berarti pula membangun sebagian kecil negara pada sektor tertentu. Tolok ukur keberhasilan pembangunan di desa terlihat dengan adanya perubahan yang mengarah pada perbaikan perilaku, ekonomi, dan mental yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung. Dalam pembangunan di desa kadang-kadang orientasi pembangunan dimaknai sempit sehingga masyarakat hanya terpaku pada pembangunan fisik saja, sedangkan pembangunan dalam arti luas tidaklah demikian namun menyangkut fisik dan mental. Inilah yang menjadi salah satu sebab gagalnya pembangunan di Indonesia selama ini, dimana keberhasilan pembangunan hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pendapatan perkapita penduduk ( Chaniago,2001 : 2 ).
Sasaran utama pembangunan desa adalah untuk mewujudkan desa-desa atau kelurahan di seluruh wilayah Republik Indonesia memiliki tingkat perkembangan dengan klasifikasi desa swasembada, yaitu desa-desa yang maju dan berkembang dimana masyarakat memiliki taraf hidup serta kesejahteraan yang terus meningkat.
Dikemukakan oleh Tjokrowinoto ( 2001 : 41 ) bahwa :
“Pembangunan desa, dengan demikian perlu diarahkan pada terwujudnya “desa mandiri”, yaitu desa yang warganya mempunyai semangat untuk membangun yang tinggi, yang mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan permasalahan desanya, menyusun rencana untuk memecahkan permasalahan, serta melaksanakan rencana tersebut dengan seefisien dan seefektif mungkin, dengan pertama-tama bertumpu pada sumber daya dan dana yang berasal dari masyarakat desa, dan mampu menjaga kelangsungan proses pembangunan”.

Sehubungan dengan itu,Perbekel atau Kepala desa sebagai kepala pemerintahan di tingkat desa mempunyai peranan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam ikut serta dalam pembangunan  di pedesaan dimana perbekel berperan sebagai motivator dan dinamisator. Menurut Kartono ( 2005 : 10 ) menyebutkan bahwa : “ fungsi utama kepemimpinan adalah sebagai dinamisator dan koordinator dari semua sumber daya manusia, sumber daya alam, semua dana dan sarana untuk mencapai sasaran tertentu”.
Akan tetapi kenyataan yang dihadapi, di beberapa desa, khususnya desa Bila di kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng, partisipasi masyarakat tergolong rendah dalam proses pembangunan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam bergotong royong terutama saat ada proyek pembangunan fisik yang mendapat bantuan dana dari pemerintah (misalnya dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau PNPM) masih sangat rendah. Di desa Bila,lumayan sulit untuk mengajak masyarakat untuk ikut bergotong royong.
Permasalahan lain yang ada di desa Bila adalah rendahnya kesadaran masyarakat desa untuk membuang sampah khususnya sampah rumah tangga pada tempat sampah yang sebenarnya sudah disiapkan oleh pemerintah desa. Mereka lebih senang membuang sampah semabarangan dan sekendak hati mereka. Hal ini tentu berdampak pada kotornya lingkungan desa yang tentunya akan berakibat pada kesehatan masyarakat yang tidak bisa terjaga dengan baik. Di sinilah peranan seorang pemimpin khususnya Perbekel sangat diperlukan untuk bisa membangkitkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun desanya sendiri demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa.
Berdasarkan uraian di atas ,maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1)Bagaimanakah upaya Perbekel dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng  ? ; 2)Hambatan-hambatan apa sajakah yang dialami oleh Perbekel dalam mengupayakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa di desa Bila Kecamatan Kubutambahan   Kabupaten Buleleng? 3)Bagaimanakah solusi yang dilakukan oleh Perbekel dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng ?

2.        Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bungin (2012 : 32 ), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Sedangkan menurut Trianto (2009 : 179) penelitian kualitatif adalah penelitian yang percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini terutama adalah Perbekel, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat Desa Bila Kecamatan Kubutambahan. Informan tersebut ditunjuk secara purposive dengan mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang masalah yang ditelaah.
Sedangkan  fokus dalam penelitian ini adalah :
1.        Berbagai macam usaha dan upaya yang dilakukan oleh Perbekel Desa Bila dalam usahanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan di desanya, yang meliputi :
a.    upaya perbekel dalam memotivasi warganya untuk berpartisipasi dalam pembangunan
b.    komunikasi yang dilakukan oleh perbekel dengan warganya
2.        Berbagai macam hambatan yang sering dijumpai oleh Perbekel desa Bila dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa,seperti :
a.         hambatan dari aparat perangkat desa yang merupakan bawahan perbekel
b.         hambatan dari warga desa sendiri
3.        Beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh Perbekel Desa Bila dalam menghadapi hambatan-hambatan yang biasa dijumpai dalam menjalankan perannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, berupa solusi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Penelitian ini mengambil lokasi di desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng, dengan tujuan untuk mengetahui peranan Perbekel dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan desa. Selanjutnya menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan pemanfaatan dokumen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Dalam hal ini analisis dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan secara terus menerus (sirkuler) dari awal sampai akhir penelitian.

3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
3.1. Upaya Perbekel Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan di Desa Bila

Keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat dalam suatu proses pembangunan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan itu sendiri. Tanpa dukungan aktif dari masyarakat proses pembangunan akan mengalami hambatan dan gangguan yang pada akhirnya berujung pada kegagalan. Sebagai subjek pembangunan masyarakat harus diupayakan untuk terlibat dalam proses pembangunan sejak perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta pemeliharaan dan pengembangan suatu hasil pembangunan ( Soetrisno,2005:237).
Dalam konteks pembangunan di Desa Bila, kehadiran seorang pemimpin dalam hal ini Perbekel untuk menjadi motor penggerak pembangunan menjadi sangat penting. Sebagai seorang pemimpin yang dipilih secara langsung oleh masyarakat desa, dan mendapatkan mandat langsung dari masyarakat desa, sebenarnya tidaklah terlalu sulit bagi seorang perbekel untuk memotivasi masyarakatnya untuk berpartisipasi aktif dalam setiap program pembangunan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Perbekel Bila,I Gede Yuda Ariasa (39 tahun) sebagai berikut:
“Sebagai perbekel yang dipilih secara langsung oleh rakyat, selama ini saya tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam memotivasi masyarakat untuk aktif dalam setiap proses pembangunan di desa Bila. Saya selalu berkordinasi dengan semua aparat desa sampai kepada yang terbawah yakni ketut RT, dan juga tokoh-tokoh masyarakat untuk bersama-sama berupaya menggerakkan dan membangkitkan kemauan masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam setiap program pembangunan di desa. Hal ini sudah saya lakukan semenjak saya menjabat sebagai perbekel Bila tahun 2014.”.

Selain itu, perbekel Bila,I Gede Yuda Ariasa termasuk seorang pemimpin yang rajin turun langsung menemui masyarakat dan berdialog dengan masyarakatnya untuk menyampaikan dan mensosialisasikan program-program pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan di desanya. Juga untuk mendengar secara langsung keluhan-keluhan serta aspirasi dari masyarakatnya. Mengadakan dialog atau berkomunikasi dengan masyarakat bisa dilakukan baik secara formal lewat pertemuan-pertemuan maupun secara informal lewat obrolan-obrolan yang dilakukan diberbagai tempat seperti Pos Kamling, di warung-warung, ataupun ditempat-tempat lain yang memungkinkan terjadinya dialog antara masyarakat desa dengan Perbekel. Dalam pertemuan-pertemuan serta obrolan-obrolan tersebut, Perbekel biasanya memberikan arahan dan motivasi kepada masyarakat Desa Bila akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan demi suksesnya pembangunan dan tercapainya kemajuan desa.
Apa yang dilakukan oleh Perbekel Desa Bila tersebut di atas, memang sesuai dengan perannya sebagai seorang pemimpin yang harus selalu memberikan motivasi kepada warganya. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Martoyo (Irawan, 2000 :236 ) bahwa tujuan motivasi bertujuan untuk mendorong atau merangsang seseorang atau kelompok agar orang atau kelompok tersebut lebih bergairah dalam mengerjakan pekerjaannya. Dan mengenai media yang digunakan oleh Perbekel Desa Bila dalam memotivasi masyarakatnya, yakni dengan berdialog langsung dan mendengarkan masukan serta pendapat masyarakat, sesuai dengan apa yang disampaikan Kuswata (2008 : 65), bahwa cara-cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi motivasi salah satunya adalah melalui curah pendapat (brain storming).

3.2. Hambatan-hambatan yang Dialami oleh Perbekel dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Perbekel Desa Bila, dalam melaksanakan kewajibannya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan banyak mengalami hambatan baik itu yang datang dari dalam diri pemimpin itu sendiri maupun dari luar. Ini sesuai dengan hasil wawancara dengan perbekel I Gede Yuda Ariasa, yang mengatakan bahwa :
“Hambatan internal dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan adalah 1) rendahnya kualitas sumber daya manusia dari perangkat desa sehingga apa yang disampaikan dan diprogramkan perbekel tidak bisa disampaikan/disosialisasikan kepada masyarakat secara maksimal (tidak memiliki seni untuk itu); 2) sumber dana untuk pelaksanaan itu dalam hal partisipasi kurang mendukung; 3) masih rendahnya disiplin yang dimiliki perangkat desa; 4) tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perangkat desa yang berbeda-beda sehingga terkadang dalam mengoperasionalkan tugas dari perbekel mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Di tambah lagi dengan adanya rangkap jabatan yang dijalani oleh dua orang staf kami, yakni Kaur Umum yang merangkap sebagai Plt.Kelian Banjar Dinas Kanginan dan Kaur Pembangunan yang merangkap Plt.Kelian Banjar Dinas Kawanan”.

Menurut Zainun (Sunindia 1998 : 134 ) berpendapat bahwa setiap pemimpin akan berhasil dalam memimpin suatu organisasi apabila memiliki syarat-syarat seperti :
  1. mempunyai kesadaran yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan mencarikan cara-cara pemecahan setiap permasalahan yang timbul dengan cara yang cepat, tepat serta mengandung syarat yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
  2. mempunyai emosi yang stabil tidak mudah diombang ambingkan oleh perubahan suasana dan dapat memisahkan antara persoalan pribadi dengan persoalan organisasi.
  3. mempunyai kemampuan dalam menggerakkan manusia dan dapat membuat bawahan merasa betah, senang dan puas dalam melaksanakan pekerjaan.
  4. mempunyai kelebihan dalam mengorganisasikan dan menggerakkan bawahan secara bijaksana dalam mewujudkan tujuan organisasi serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tugas dan wewenang tersebut didelegasikan.
Hambatan internal yang dihadapi perbekel dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Desa Bila karena adanya sumber daya manusia yang kurang, seringnya terjadi pengkotak-kotakan dalam masyarakat sebagai dampak dari perhelatan politik seperti Pemilihan Umum, Pemilihan Kepala Daerah, sampai pada pemilihan perbekel. Kurang mengertinya masyarakat terhadap makna pembangunan desa juga merupakan faktor pendorong untuk tidak aktif dalam melakukan tindakan partisipasi baik berupa ide-ide, ataupun partisipasi dalam bentuk tenaga dan material. Pengaruh modernisasi dan tuntutan kehidupan individu masyarakat yang semakin kompleks menjadikan kehidupan gotong-royong masyarakatnya mulai menipis sebagai dampak dari pengaruh kehidupan kota yang lebih mengutamakan ego dan lebih mengejar materi pribadi menjadi hal yang menghambat pula partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Sedangkan hambatan eksternal yang merupakan hambatan pembangunan yang datang dari luar organisasi dapat berupa tekanan atau penolakan dari program-program yang diajukan oleh perbekel kepada masyarakat karena adanya faktor sosial politik atau faktor lain yang bersifat menghambat pembangunan.
Menurut Abdul Gaffar Karim ( 2003 : 260 ) mengenai masalah eksternal desa dikatakan bahwa :
  1. Lemahnya partisipasi desa terhadap pemerintahan dan pembangunan di tingkat regional dan nasional;
  2. kebijakan nasional dan regional yang tidak berpihak kepada desa;
  3. desa hampir hilang dari wacana dan kebijakan desentralisasi;
  4. desa hanya menjadi objek kebijakan kabupaten;
  5. ruang gerak desa dibatasi oleh regulasi dari atas;
  6. tidak ada kebijakan dan regulasi yang memberikan jaminan bagi otonomi desa;
  7. perimbangan keuangan pusat dan daerah tidak menguntungkan desa.

3.3. Solusi yang Dilakukan Perbekel dalam Mengatasi Hambatan-hambatan Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Seorang pemimpin dituntut agar dapat memenuhi  suatu persyaratan dalam melaksanakan suatu kegiatan organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta ( Sinambela, 2006 : 105 ). Selanjutnya pemimpin mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan bawahannya, berdedikasi baik, serta pengalaman yang luas. Oleh sebab itu pemimpin mempunyai perilaku yang dapat diterima oleh bawahan dan lingkungannya.
Selanjutnya seorang pemimpin harus cepat dan tegas dalam mengambil keputusan dalam setiap permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil tidak mudah diombang ambingkan oleh perubahan suasana dan dapat memisahkan antara persoalan pribadi dengan persoalan organisasi   ( Zainun dalam Sunindhia, 1998 : 134 ).
Terkait dengan hambatan-hambatan yang dihadapi, dengan pengetahuan dan pengalaman  yang dimilikinya, serta dukungan dari masyarakat yang masih peduli dengan pembangunan di desanya, perbekel Desa Bila memiliki berbagai macam cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin di desa.
Adapun solusi yang dapat diambil perbekel Desa Bila terkait dengan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah dengan jalan lebih banyak melalui pendekatan persuasif pada masyarakat yaitu turun dan berdialog langsung dengan masyarakat untuk memberikan pengarahan-pengarahan,dan pembinaan-pembinaan.
Mengadakan komunikasi, kordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak khususnya dengan pemerintahan yang lebih tinggi dalam hal ini dengan Camat dan Bupati juga merupakan salah satu solusi yang dilakukan oleh perbekel Desa Bila untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam setiap program pembangunan terlebih pembangunan yang memang untuk kepentingan masyarakat desa.

4.        Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Perbekel dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat untuk aktif dalam pembangunan dengan jalan sering mengadakan dialog dengan masyarakat desa Bila baik itu secara formal maupun informal. Itu dilakukan sebagai upaya untuk mengubah perilaku masyarakat dan menanamkan kesadaran akan pentingnya peran serta dan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap program pembangunan demi keberhasilan pembangunan itu sendiri.
2.      Berbagai hambatan dihadapi oleh perbekel dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diantaranya merupakan hambatan yang memang berasal dari dalam organisasi dan dari masyarakat desa itu sendiri. Hambatan lain berasal dari luar organisasi seperti adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada pembangunan di desa.
3.      Solusi yang diambil dan dilakukan oleh perbekel untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah dengan mengadakan pendekatan secara persuasif seintensif mungkin untuk menggugah kesadaran masyarakat akan arti penting partisipasi masyarakat demi keberhasilan pembangunan di desa. Juga dengan mengadakan komunikasi, kordinasi dan kerjasama dengan pemerintah yang lebih tinggi dalam hal ini pihak kecamatan dan kabupaten.

Daftar Pustaka
Bungin,Burhan, 2012, Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta : Raja Grafindo Perkasa
Chaniago, Adrinof A.  2001. Gagalnya Pembangunan, Kajian Ekonomi Politik Terhadap Akar Krisis Indonesia, Jakarta : Pustaka LP3ES.
Effendi,Onong Uchjana, 2007. Human Relations dan Publik Relations, Bandung : Mandar Maju
Hendarso, Emy Susanti. 2007 . Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (ed), Penelitian Kualitatif : Sebuah Pengantar, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Irawan, Prasetya, dkk. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : STIA-LAN.
Karim, Abdul Gaffar, 2003.Persoalan Otonomi Daerah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : Rajawali.
Kuswata, R. Agustoha, 2008. Management Pembangunan Desa, Jakarta : Gafindo Utama.
Santoso, Gempur, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Sinambela, Lijan Poltak, 2006. Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan Implementasi, Jakarta : Bumi Aksara.
Soetrisno, Loekman. 2005. Menuju Masyarakat Partisipatif, Yogyakarta : Kanisius.
Sunindia, Ninik Widiyanti, 1998. Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Jakarta : Bina Aksara.
Tjokrowinoto,Muljarto, 2001,Pembangunan,Dilema dan Tantangan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Trianto, 2009, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidik & Tenaga Kependidikan, Jakarta : Kencana
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar