(Studi di Desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng)
Oleh I Made Sukrapa1
dan I Nyoman Sukraaliawan2
(Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 4 No. 1- Agustus 2015,
hal 94-104)
Abstrak
Pembangunan di desa adalah
merupakan perpaduan kegiatan pemerintah dan masyarakat. Kegiatan pemerintah
dilakukan melalui program-program sektoral dari berbagai kementerian dan
lembaga non kementerian. Masyarakat hendaknya berperan dalam mendukung dan
menyukseskan program-program yang dijalankan oleh pemerintah. Untuk
menyukseskan program tersebut, Perbekel sebagai pemimpin di Desa memiliki peran
yang sangat penting dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap
program pembangunan. Lewat berbagai bentuk motivasi dan cara berkomunikasi yang
baik dengan masyarakatnya, Perbekel Desa Bila berhasil meningkatkan partisipasi
masyarakat yang dipimpinnya untuk terlibat secara aktif dalam setiap proses
pembangunan, meskipun dalam perjalanannya berbagai hambatan dijumpainya,
sehingga pembangunan di Desa Bila dapat berjalan sesuai dengan rencana dan berhasil
mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci : pemimpin,pembangunan, partisipasi, motivasi, komunikasi
1Mahasiswa Fisip Tugas
Akhir, 2 Staf Pengajar Fisip Universitas Panji Sakti
1. Pendahuluan
Desa
merupakan kesatuan terkecil pemerintahan di Indonesia memiliki potensi yang
harus dikembangkan. Hal ini disebabkan karena desa merupakan ujung tombak
keberhasilan pembangunan, betapa tidak mengingat sekitar 80 % penduduk
Indonesia bertempat tinggal di desa dan bermata pencaharian sebagai petani.
Oleh karena itu membangun desa berarti pula membangun sebagian kecil negara
pada sektor tertentu. Tolok ukur keberhasilan pembangunan di desa terlihat
dengan adanya perubahan yang mengarah pada perbaikan perilaku, ekonomi, dan
mental yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung. Dalam pembangunan di
desa kadang-kadang orientasi pembangunan dimaknai sempit sehingga masyarakat
hanya terpaku pada pembangunan fisik saja, sedangkan pembangunan dalam arti
luas tidaklah demikian namun menyangkut fisik dan mental. Inilah yang menjadi
salah satu sebab gagalnya pembangunan di Indonesia selama ini, dimana
keberhasilan pembangunan hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya
pendapatan perkapita penduduk ( Chaniago,2001 : 2 ).
Sasaran utama pembangunan desa adalah untuk mewujudkan desa-desa atau
kelurahan di seluruh wilayah Republik Indonesia memiliki tingkat
perkembangan dengan klasifikasi desa swasembada, yaitu desa-desa yang maju dan
berkembang dimana masyarakat memiliki taraf hidup serta kesejahteraan yang terus
meningkat.
Dikemukakan oleh Tjokrowinoto ( 2001 : 41 ) bahwa :
“Pembangunan
desa, dengan demikian perlu diarahkan pada terwujudnya “desa mandiri”, yaitu
desa yang warganya mempunyai semangat untuk membangun yang tinggi, yang
mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan permasalahan desanya, menyusun
rencana untuk memecahkan permasalahan, serta melaksanakan rencana tersebut
dengan seefisien dan seefektif mungkin, dengan pertama-tama bertumpu pada
sumber daya dan dana yang berasal dari masyarakat desa, dan mampu menjaga
kelangsungan proses pembangunan”.
Sehubungan
dengan itu,Perbekel atau Kepala desa sebagai kepala pemerintahan di tingkat
desa mempunyai peranan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam ikut
serta dalam pembangunan di pedesaan
dimana perbekel berperan sebagai motivator dan dinamisator. Menurut Kartono (
2005 : 10 ) menyebutkan bahwa : “ fungsi utama kepemimpinan adalah sebagai
dinamisator dan koordinator dari semua sumber daya manusia, sumber daya alam,
semua dana dan sarana untuk mencapai sasaran tertentu”.
Akan tetapi kenyataan yang dihadapi, di beberapa desa, khususnya desa
Bila di kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng, partisipasi masyarakat
tergolong rendah dalam proses pembangunan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
bergotong royong terutama saat ada proyek pembangunan fisik yang mendapat
bantuan dana dari pemerintah (misalnya dalam pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat atau PNPM) masih sangat rendah. Di desa Bila,lumayan
sulit untuk mengajak masyarakat untuk ikut bergotong royong.
Permasalahan lain yang ada di desa Bila adalah rendahnya kesadaran
masyarakat desa untuk membuang sampah khususnya sampah rumah tangga pada tempat
sampah yang sebenarnya sudah disiapkan oleh pemerintah desa. Mereka lebih
senang membuang sampah semabarangan dan sekendak hati mereka. Hal ini tentu
berdampak pada kotornya lingkungan desa yang tentunya akan berakibat pada
kesehatan masyarakat yang tidak bisa terjaga dengan baik. Di sinilah peranan
seorang pemimpin khususnya Perbekel sangat diperlukan untuk bisa membangkitkan
dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun desanya sendiri demi
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa.
Berdasarkan
uraian di atas ,maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah : 1)Bagaimanakah upaya Perbekel dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten
Buleleng ? ; 2)Hambatan-hambatan apa
sajakah yang dialami oleh Perbekel dalam mengupayakan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan Desa di desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng? 3)Bagaimanakah solusi
yang dilakukan oleh Perbekel dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui
dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa
Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng ?
2.
Metode
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Menurut Bungin (2012 : 32 ), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Sedangkan
menurut Trianto (2009 : 179) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial
mereka.
Yang
menjadi informan dalam penelitian ini terutama adalah Perbekel, tokoh
masyarakat dan anggota masyarakat Desa Bila Kecamatan Kubutambahan. Informan
tersebut ditunjuk secara purposive
dengan mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang masalah yang ditelaah.
Sedangkan fokus dalam penelitian ini adalah :
1.
Berbagai macam usaha dan upaya yang dilakukan oleh
Perbekel Desa Bila dalam usahanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
pada pembangunan di desanya, yang meliputi :
a.
upaya perbekel dalam memotivasi warganya untuk
berpartisipasi dalam pembangunan
b.
komunikasi yang dilakukan oleh perbekel dengan warganya
2.
Berbagai macam hambatan yang sering dijumpai oleh
Perbekel desa Bila dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di desa,seperti :
a.
hambatan dari aparat perangkat desa yang merupakan
bawahan perbekel
b.
hambatan dari warga desa sendiri
3.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh Perbekel Desa
Bila dalam menghadapi hambatan-hambatan yang biasa dijumpai dalam menjalankan
perannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, berupa
solusi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Penelitian
ini mengambil lokasi di desa Bila Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng,
dengan tujuan untuk mengetahui peranan Perbekel dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat pada pembangunan desa. Selanjutnya menggunakan teknik pengumpulan
data berupa observasi, wawancara, dan pemanfaatan dokumen. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Dalam hal ini analisis
dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan secara terus
menerus (sirkuler) dari awal sampai akhir penelitian.
3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
3.1. Upaya
Perbekel Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan di Desa Bila
Keterlibatan
dan keikutsertaan masyarakat dalam suatu proses pembangunan menjadi salah satu
faktor penentu keberhasilan pembangunan itu sendiri. Tanpa dukungan aktif dari
masyarakat proses pembangunan akan mengalami hambatan dan gangguan yang pada
akhirnya berujung pada kegagalan. Sebagai subjek pembangunan masyarakat harus
diupayakan untuk terlibat dalam proses pembangunan sejak perencanaan sampai
dengan pelaksanaan serta pemeliharaan dan pengembangan suatu hasil pembangunan
( Soetrisno,2005:237).
Dalam
konteks pembangunan di Desa Bila, kehadiran seorang pemimpin dalam hal ini
Perbekel untuk menjadi motor penggerak pembangunan menjadi sangat penting.
Sebagai seorang pemimpin yang dipilih secara langsung oleh masyarakat desa, dan
mendapatkan mandat langsung dari masyarakat desa, sebenarnya tidaklah terlalu
sulit bagi seorang perbekel untuk memotivasi masyarakatnya untuk berpartisipasi
aktif dalam setiap program pembangunan. Hal ini sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Perbekel Bila,I Gede Yuda Ariasa (39 tahun) sebagai berikut:
“Sebagai
perbekel yang dipilih secara langsung oleh rakyat, selama ini saya tidak
mengalami kesulitan yang berarti dalam memotivasi masyarakat untuk aktif dalam
setiap proses pembangunan di desa Bila. Saya selalu berkordinasi dengan semua
aparat desa sampai kepada yang terbawah yakni ketut RT, dan juga tokoh-tokoh
masyarakat untuk bersama-sama berupaya menggerakkan dan membangkitkan kemauan
masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam setiap program pembangunan di
desa. Hal ini sudah saya lakukan semenjak saya menjabat sebagai perbekel Bila
tahun 2014.”.
Selain
itu, perbekel Bila,I Gede Yuda Ariasa termasuk seorang pemimpin yang rajin
turun langsung menemui masyarakat dan berdialog dengan masyarakatnya untuk
menyampaikan dan mensosialisasikan program-program pembangunan yang sedang dan
akan dilaksanakan di desanya. Juga untuk mendengar secara langsung
keluhan-keluhan serta aspirasi dari masyarakatnya. Mengadakan dialog atau
berkomunikasi dengan masyarakat bisa dilakukan baik secara formal lewat
pertemuan-pertemuan maupun secara informal lewat obrolan-obrolan yang dilakukan
diberbagai tempat seperti Pos Kamling, di warung-warung, ataupun ditempat-tempat
lain yang memungkinkan terjadinya dialog antara masyarakat desa dengan
Perbekel. Dalam pertemuan-pertemuan serta obrolan-obrolan tersebut, Perbekel
biasanya memberikan arahan dan motivasi kepada masyarakat Desa Bila akan
pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan demi suksesnya pembangunan
dan tercapainya kemajuan desa.
Apa
yang dilakukan oleh Perbekel Desa Bila tersebut di atas, memang sesuai dengan
perannya sebagai seorang pemimpin yang harus selalu memberikan motivasi kepada
warganya. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Martoyo (Irawan, 2000
:236 ) bahwa tujuan motivasi bertujuan untuk mendorong atau merangsang
seseorang atau kelompok agar orang atau kelompok tersebut lebih bergairah dalam
mengerjakan pekerjaannya. Dan mengenai media yang digunakan oleh Perbekel Desa
Bila dalam memotivasi masyarakatnya, yakni dengan berdialog langsung dan
mendengarkan masukan serta pendapat masyarakat, sesuai dengan apa yang
disampaikan Kuswata (2008 : 65), bahwa cara-cara yang dapat digunakan untuk
menyampaikan materi motivasi salah satunya adalah melalui curah pendapat (brain storming).
3.2.
Hambatan-hambatan yang Dialami oleh Perbekel dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Perbekel
Desa Bila, dalam melaksanakan kewajibannya untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan banyak mengalami hambatan baik itu yang datang
dari dalam diri pemimpin itu sendiri maupun dari luar. Ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan perbekel I Gede Yuda Ariasa, yang mengatakan bahwa :
“Hambatan
internal dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan
adalah 1) rendahnya kualitas sumber daya manusia dari perangkat desa sehingga
apa yang disampaikan dan diprogramkan perbekel tidak bisa
disampaikan/disosialisasikan kepada masyarakat secara maksimal (tidak memiliki
seni untuk itu); 2) sumber dana untuk pelaksanaan itu dalam hal partisipasi
kurang mendukung; 3) masih rendahnya disiplin yang dimiliki perangkat desa; 4)
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perangkat desa yang berbeda-beda sehingga
terkadang dalam mengoperasionalkan tugas dari perbekel mempunyai persepsi yang
berbeda-beda. Di tambah lagi dengan adanya rangkap jabatan yang dijalani oleh
dua orang staf kami, yakni Kaur Umum yang merangkap sebagai Plt.Kelian Banjar Dinas
Kanginan dan Kaur Pembangunan yang merangkap Plt.Kelian Banjar Dinas Kawanan”.
Menurut
Zainun (Sunindia 1998 : 134 ) berpendapat bahwa setiap pemimpin akan berhasil
dalam memimpin suatu organisasi apabila memiliki syarat-syarat seperti :
- mempunyai kesadaran yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan mencarikan cara-cara pemecahan setiap permasalahan yang timbul dengan cara yang cepat, tepat serta mengandung syarat yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
- mempunyai emosi yang stabil tidak mudah diombang ambingkan oleh perubahan suasana dan dapat memisahkan antara persoalan pribadi dengan persoalan organisasi.
- mempunyai kemampuan dalam menggerakkan manusia dan dapat membuat bawahan merasa betah, senang dan puas dalam melaksanakan pekerjaan.
- mempunyai kelebihan dalam mengorganisasikan dan menggerakkan bawahan secara bijaksana dalam mewujudkan tujuan organisasi serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tugas dan wewenang tersebut didelegasikan.
Hambatan
internal yang dihadapi perbekel dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Desa
Bila karena adanya sumber daya manusia yang kurang, seringnya terjadi
pengkotak-kotakan dalam masyarakat sebagai dampak dari perhelatan politik
seperti Pemilihan Umum, Pemilihan Kepala Daerah, sampai pada pemilihan perbekel.
Kurang mengertinya masyarakat terhadap makna pembangunan desa juga merupakan
faktor pendorong untuk tidak aktif dalam melakukan tindakan partisipasi baik
berupa ide-ide, ataupun partisipasi dalam bentuk tenaga dan material. Pengaruh
modernisasi dan tuntutan kehidupan individu masyarakat yang semakin kompleks
menjadikan kehidupan gotong-royong masyarakatnya mulai menipis sebagai dampak
dari pengaruh kehidupan kota
yang lebih mengutamakan ego dan lebih mengejar materi pribadi menjadi hal yang
menghambat pula partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Sedangkan
hambatan eksternal yang merupakan hambatan pembangunan yang datang dari luar
organisasi dapat berupa tekanan atau penolakan dari program-program yang
diajukan oleh perbekel kepada masyarakat karena adanya faktor sosial politik
atau faktor lain yang bersifat menghambat pembangunan.
Menurut
Abdul Gaffar Karim ( 2003 : 260 ) mengenai masalah eksternal desa dikatakan
bahwa :
- Lemahnya partisipasi desa terhadap pemerintahan dan pembangunan di tingkat regional dan nasional;
- kebijakan nasional dan regional yang tidak berpihak kepada desa;
- desa hampir hilang dari wacana dan kebijakan desentralisasi;
- desa hanya menjadi objek kebijakan kabupaten;
- ruang gerak desa dibatasi oleh regulasi dari atas;
- tidak ada kebijakan dan regulasi yang memberikan jaminan bagi otonomi desa;
- perimbangan keuangan pusat dan daerah tidak menguntungkan desa.
3.3.
Solusi yang Dilakukan Perbekel dalam Mengatasi Hambatan-hambatan Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Seorang
pemimpin dituntut agar dapat memenuhi
suatu persyaratan dalam melaksanakan suatu kegiatan organisasi, baik
organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta ( Sinambela, 2006 : 105 ).
Selanjutnya pemimpin mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
bawahannya, berdedikasi baik, serta pengalaman yang luas. Oleh sebab itu
pemimpin mempunyai perilaku yang dapat diterima oleh bawahan dan lingkungannya.
Selanjutnya
seorang pemimpin harus cepat dan tegas dalam mengambil keputusan dalam setiap
permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki emosi
yang stabil tidak mudah diombang ambingkan oleh perubahan suasana dan dapat
memisahkan antara persoalan pribadi dengan persoalan organisasi ( Zainun dalam Sunindhia, 1998 : 134 ).
Terkait
dengan hambatan-hambatan yang dihadapi, dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, serta dukungan dari
masyarakat yang masih peduli dengan pembangunan di desanya, perbekel Desa Bila
memiliki berbagai macam cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin di desa.
Adapun
solusi yang dapat diambil perbekel Desa Bila terkait dengan hambatan-hambatan
yang dihadapi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
adalah dengan jalan lebih banyak melalui pendekatan persuasif pada masyarakat
yaitu turun dan berdialog langsung dengan masyarakat untuk memberikan
pengarahan-pengarahan,dan pembinaan-pembinaan.
Mengadakan
komunikasi, kordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak khususnya dengan
pemerintahan yang lebih tinggi dalam hal ini dengan Camat dan Bupati juga
merupakan salah satu solusi yang dilakukan oleh perbekel Desa Bila untuk
menggugah kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam setiap program
pembangunan terlebih pembangunan yang memang untuk kepentingan masyarakat desa.
4.
Simpulan
Dari
hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1.
Perbekel dalam upaya meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk aktif dalam pembangunan dengan jalan sering mengadakan dialog
dengan masyarakat desa Bila baik itu secara formal maupun informal. Itu
dilakukan sebagai upaya untuk mengubah perilaku masyarakat dan menanamkan
kesadaran akan pentingnya peran serta dan partisipasi aktif masyarakat dalam
setiap program pembangunan demi keberhasilan pembangunan itu sendiri.
2.
Berbagai hambatan dihadapi oleh perbekel dalam upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diantaranya merupakan
hambatan yang memang berasal dari dalam organisasi dan dari masyarakat desa itu
sendiri. Hambatan lain berasal dari luar organisasi seperti adanya
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada pembangunan di desa.
3.
Solusi yang diambil dan dilakukan oleh perbekel untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah dengan mengadakan
pendekatan secara persuasif seintensif mungkin untuk menggugah kesadaran
masyarakat akan arti penting partisipasi masyarakat demi keberhasilan
pembangunan di desa. Juga dengan mengadakan komunikasi, kordinasi dan kerjasama
dengan pemerintah yang lebih tinggi dalam hal ini pihak kecamatan dan
kabupaten.
Daftar Pustaka
Bungin,Burhan,
2012, Analisis Data Penelitian Kualitatif
: Pemahaman Filosofis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta : Raja
Grafindo Perkasa
Chaniago,
Adrinof A. 2001. Gagalnya Pembangunan, Kajian Ekonomi Politik Terhadap Akar Krisis Indonesia, Jakarta : Pustaka LP3ES.
Effendi,Onong
Uchjana, 2007. Human Relations dan Publik
Relations, Bandung
: Mandar Maju
Hendarso, Emy
Susanti. 2007 . Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan dalam
Bagong Suyanto dan Sutinah (ed), Penelitian
Kualitatif : Sebuah Pengantar, Jakarta
: Kencana Prenada Media Group.
Irawan,
Prasetya, dkk. 2000. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Jakarta
: STIA-LAN.
Karim, Abdul
Gaffar, 2003.Persoalan Otonomi Daerah,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan
Kepemimpinan, Jakarta
: Rajawali.
Kuswata, R.
Agustoha, 2008. Management Pembangunan
Desa, Jakarta
: Gafindo Utama.
Santoso,
Gempur, 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta
: Prestasi Pustaka.
Sinambela,
Lijan Poltak, 2006. Reformasi Pelayanan
Publik:Teori, Kebijakan, dan Implementasi, Jakarta : Bumi Aksara.
Soetrisno, Loekman. 2005. Menuju
Masyarakat Partisipatif, Yogyakarta :
Kanisius.
Sunindia, Ninik
Widiyanti, 1998. Kepemimpinan dalam
Masyarakat Modern, Jakarta
: Bina Aksara.
Tjokrowinoto,Muljarto,
2001,Pembangunan,Dilema dan Tantangan,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Trianto,
2009, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi
Pengembangan Profesi Pendidik & Tenaga Kependidikan, Jakarta : Kencana
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar