Senin, 14 November 2016

Kepemimpinan Lurah dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai Di Kelurahan Seririt Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng

Oleh : Komang Agung Arsana*1 dan Dewa Nyoman Redana*2
1Alumni FISIP UNIPAS. *2Staf  Pengajar Fisip Universitas Panji Sakti

(Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 5 No. 1- Pebruari 2016, hal 38-50)

Abstrak, Kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan motivasi kerja bawahan, dalam mencapai kualitas kinerja organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan Lurah Seririt, motivasi pegawai, dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai.  Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dengan deskritif kualitatif, dan pendekatan induktif. Fokus penelitian ini yaitu pada kepemimpinan Lurah dalam aspek pembinaan dan pengarahan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan, penghargaan, dan sanksi. Sebagai fokus kedua adalah motivasi pegawai dilihat dari motif, disiplin, cara kerja, dan kreativitas dan inisiatif pegawai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan Lurah, aspek pembinaan dan pengarahan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan, pemberian penghargaan, dan pemberian sanksi sudah berjalan baik. Sedangkan motivasi kerja pegawai, aspek motif memperoleh materi, jabatan, dan pengabdian sudah dimiliki oleh pegawai; disiplin dalam hal jam kerja, kehadiran pegawai, dan ketepatan waktu masih kurang baik; cara kerja pegawai dilihat dari loyalitas, pelayanan, keterampilan, dan kerja sama sudah baik; kreativitas dan inisiatif yang meliputi inovasi dan inisiatif masih kurang baik, sedangkan kemampuan memberikan masukan sudah baik.


Kata kunci : Kepemimpinan, Motivasi Kerja
1.    Pendahuluan
Paradigma pemerintah mulai bergeser sejak Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mulai dilaksanakan. Hal ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap beban, tugas dan tanggung jawab Pemerintahan Daerah Otonom. Salah satu dampak yang telah dilakukan adalah penataan sistem pelayanan umum, sebagai tujuan utama dari undang-undang tersebut. Otonomi daerah tentunya memberikan ruang yang lebih luas bagi daerah otonom untuk berbuat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, karena pada hakekatnya pemerintahan itu ada untuk mensejahterakan rakyatnya.
Untuk itu perlu adanya perangkat daerah yang bertugas menjabarkan wewenang pemerintahan daerah otonom dalam mencapai tujuan tersebut. Perangkat daerah di Kabupaten Buleleng sendiri diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buleleng. Salah satu perangkat daerah Kabupaten Buleleng adalah Kelurahan.
 Kepemimpinan dalam suatu organisasi berkaitan erat dengan bagaimana menggerakkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Perilaku pemimpin dan konsistensi pilihan tindakan dari kepemimpinan berpengaruh pada loyalitas dan motivasi pegawai. Hal ini didukung oleh pendapat, bahwa simultaneous preferences and expectations of leadership behaviours” (Fein, ett all, 2015). Selanjutnya faktor motivasi dari pegawai juga menjadi hal yang berpengaruh penting bagaimana pegawai tersebut bekerja dengan baik dan mengikuti apa yang menjadi kebijakan pimpinan. Secara singkat motivasi dapat diartikan sebagai bagian integral dan hubungan perburuan dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan pengarahan sumber daya manusia, (Siswanto, 2011:119). Sumber daya manusia merupakan faktor kunci keberhasilan suatu organisasi, termasuk organisasi pemerintahan. Dalam pola kepemimpinan tranformasional disebutkan bahwa ada keterkaitan erat antara kepemimpinan tranformasional dengan sumberdaya manusia, yang dapat membentuk inovasi dan daya kreativitas karyawan ((Manafi, et all, 2015). Oleh karena dalam suatu organisasi, yang berwenang melakukan setiap usaha pembinaan, pengembangan, dan pengarahan sumber daya manusia maupun pengaturan sumber daya lainnya adalah pimpinan dalam organisasi tersebut.
Salah satu yang paling nyata berhubungan dengan motivasi pegawai adalah disiplin pegawai. Masalah disiplin pegawai saat ini tengah menjadi sorotan serius dari pimpinan daerah. Banyak fenomena yang menggambarkan buruknya disiplin pegawai di Buleleng. Salah satu yang menunjukkan hal itu misalnya, puluhan PNS terjaring razia petugas Satpol PP dan Inspektorat Kabupaten karena terlambat masuk kerja pada Rabu, 10 Juli 2013 pukul 07.30 wita. Terkait hal tersebut, Inspektur Inspektorat Kabupaten Buleleng menyatakan “Selama ini memang kehadiran PNS dan tenaga kontrak pada jam kerja tidak maksimal sehingga mereka perlu diberikan pembinaan” (Yasa, 2013).
Permasalahan yang dihadapi pada Kantor Lurah Seririt saat ini adalah sebagian dari pegawai yang ada masih belum memiliki motivasi kerja yang baik, tingkat loyalitas yang masih rendah, serta kemampuan inisiatif kerja yang juga masih rendah. Bertitik tolak dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Kepemimpinan Lurah Dalam Meningkatkan Motivasi  Kerja Pegawai Di Kelurahan Seririt Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng”. Adapun rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana kepemimpinan lurah dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai di Kantor Kelurahan Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng?
2.    Bagaimana  motivasi pegawai di Kantor Kelurahan Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng ?
3.    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai di Kelurahan Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng ?
Hasil penelitian dan pembahasan dalam tulisan ini adalah untuk menjawab berbagai permasalahan di atas, yang akan disampaikan lebih lanjut dibawah ini.

2.    Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan dan kegunaan penelitian serta masalah-masalah yang muncul maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan pendekatan induktif. Metode deskriptif menurut Nawawi (2008) adalah prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat, publik, dan lain-lain) sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang actual pada saat sekarang. Informan adalah individu yang memiliki keahlian serta pemahaman terbaik mengenai isu-isu tertentu sehingga disini informan merupakan narasumber, (Silalahi, 2006:287). Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini yang termasuk informan penelitian adalah seluruh pegawai pada kantor Lurah Seririt, yang meliputi Lurah, Sekretaris Lurah, para Kepala Seksi, dan seluruh Staf.
  Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling. Menurut Krisyanto (2007 : 154) sampling purposif yaitu teknik yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar criteria tertentu, sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.
Secara ringkas menurut Wahjosumidjo (1997 : 192) indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui kepemimpinan dan motivasi kerja sebagai fokus penelitian adalah  sebagai berikut :
1)  Kepemimpinan Lurah
Adapun indikator dalam dimensi kepemimpinan lurah adalah sebagai berikut.
(1)         Pembinaan  dan pengarahan
(2)         Pengembangan pengetahuan dan keterampilan
(3)   Pemberian penghargaan kepada yang berprestasi
(4)   Pemberian sanksi bagi yang melakukan pelanggaran
2)  Motivasi  kerja
Adapun indikator dalam meningkatkan motivasi kerja adalah sebagai berikut.
(1)   Motif
(2)   Pelaksanaan jam kerja/tingkat disiplin
(3)   Pelaksanaan kerja/cara  kerja
(4)   Kreativitas dan inisiatif
Selanjutnya dapat dijelaskan berkenaan dengan analisis data penelitian, Moleong (2013) menyimpulkan bahwa analisa data merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan”. Menyusun data berarti menggolongkan data, pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Adapun metode analisis data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.    Mengumpulkan seluruh data hasil penelitian, baik dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi;
2.    Mengklasifikasi/mengelompokkan data hasil penelitian berdasarkan sub variabel dan indikator penelitian, baik data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi;
3.    Menafsirkan dan menganalisis data hasil penelitian untuk setiap indikator dan sub variabel penelitian guna diambil kesimpulan sementara;
Dengan demikian dapat mengambil kesimpulan umum dari hasil analisis data untuk masing-masing sub variabel atau indikator penelitian.

3.    Hasil Dan Pembahasan
3.1.       Kepemimpinan Lurah
3.1.1.           Pembinaan dan Pengarahan
Pembinaan disebut juga sebagai supervisi, di mana  menurut Siagian (2012) mengemukakan, bahwa supervisi adalah suatu proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Sedangkan Menurut Handoko (2008), pada dasarnya fungsi pengarahan adalah membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa saja diinginkan dan harus mereka lakukan.
Hasil wawancara dengan Sekretaris Lurah Made Sujana,SH memperoleh data bahwa Lurah dalam melakukan upaya pembinaan tidak saja dilakukan secara formal dan kaku melalui rapat koordinasi yang rutin dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Rapat koordinasi bersama staf dilaksanakan dalam rangka melalukan evaluasi atas pelaksanaan tugas-tugas selama satu bulan yang telah berjalan dan  upaya pembinaan juga dilakukan hampir setiap hari melalui apel pagi
Berdasarkan pengamatan langsung yang peneliti lakukan juga diperoleh data bahwa Lurah senantiasa menyempatkan diri untuk mengawasi pegawai yang bertugas pada lini pelayanan. Operator komputer juga mendapat perhatian, pembinaan, dan pengarahan dari Lurah. Bahkan Lurah langsung mengarahkan pekerjaan secara teknis kepada pegawai operator dan pelayanan.

3.1.2. Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan
Menurut Bazerman dan Gino; Gino dan Ariely (2012), bahwa organisasi dapat mempertimbangkan pilihan pemimpin dengan penekanan pada persyaratan moral yang di samping kualifikasi penting lainnya, memberikan pelatihan kepemimpinan moral dan pendidikan, mengakui dan menghargai perilaku moral, dan menciptakan budaya nilai-nilai moral dan kreativitas dalam organisasi. Pendekatan ini menargetkan pengembangan kepemimpinan moral untuk meningkatkan kreativitas karyawan dan mencegah sisi gelap potensi kreativitas karyawan (dalam Qinxuan Gu, et all, 2015). Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja, (Simamora, 2006:273). Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan
Menurut Kasi Pemerintahan I Gusti Bagus Roy Arimbawa, A.Md mengatakan bahwa belum ada upaya formal seperti pelaksanaan diklat, kursus, maupun studi banding untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Dalam penjelasan  Sekretaris Lurah Seririt  Made Sujana,SH mengatakan bahwa program diklat, studi banding, maupun kursus memang tidak ada dalam kegiatan Kantor Lurah Seririt. Hal itu dikarenakan kewenangan untuk menyelenggarakan diklat pegawai ada pada BKD Kabupaten. Kendati demikian, berdasarkan observasi peneliti selama melaksanakan penelitian, upaya Lurah dalam mengembangkan pengetahuan pegawai terutama yang berkaitan dengan peraturan atau program pemerintah kabupaten selalu dilakukan. Hal itu dilakukan melalui sosialisasi kepada seluruh pegawai pada setiap kesempatan rapat koordinasi rutin.

3.1.3. Penghargaan
Penghargaan sering juga disebut sebagai sebuah reward, Menurut Nugroho (2006:5) “Reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja yang telah dicapai”. Hal ini juga didukung oleh pendapat Manafi dkk (2015) sebagai berikut, “training, staffing, teamwork, performance appraisal, and reward) and knowledge sharing” (pelatihan, kepegawaian, kerja sama tim, penilaian kinerja, dan penghargaan dan berbagi pengetahuan)
Dalam hal pemberian pengahargaan oleh Lurah Seririt kepada pegawainya, Made Sumerta memaparkan bahwa selama ini Lurah pernah memberikan penghargaan dalam bentuk mempromosikan pegawai. Demikian juga untuk pengahargaan dalam bentuk insentif atau materi sudah sering sering diberikan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, Lurah Seririt sudah menerapkan pemberian penghargaan dalam bentuk pemberian materi. Pada hari-hari tertentu, Lurah memberikan semacam insentif kepada pegawai, dimana uang itu kadang-kadang berasal dari uang pribadi Lurah.

3.1.4. Sanksi
Sanksi pegawai menurut Cameron dalam Timpe (1999:97) menjelaskan bahwa “sanksi-sanksi yang dilaksanakan bagi para  pelanggar aturan, pada prinsipnya bertujuan untuk memperingatkan pegawai dengan jelas tentang perilaku yang diharuskan dan akibat-akibat pelanggaran yang dapat terus berlanjut.”
Terkait dengan sanksi yang diberikan oleh Lurah kepada pegawai yang suatu pelanggaran, Sekretaris Lurah Made Sujana,SH memberikan penilaian bahwa Lurah sudah mampu memberikan sanksi secara adil kepada pegawai yang dianggap melanggar aturan maupun pegawai yang melakukan kesalahan.

3.2.       Motivasi
3.2.1. Motif
Nawawi (2008:351) mengemukakan bahwa “Motivasi kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.”  Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar.
Terkait dengan motif pegawai Kantor Lurah Seririt, Kasi Pemerintahan I Gusti Bagus Roy Arimbawa,A.Md berpendapat bahwa hampir seluruh pegawai yang ada pastinya memiliki motif untuk memperoleh materi. Selain itu menurutnya motif pengabdian juga masih ada pada dirinya dan rekan kerjanya yang lain.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan penelitian dapat dijelaskan bahwa pegawai masih memiliki motif pengabdian secara tulus. Hal itu bisa peneliti simpulkan karena melihat ada beberapa pegawai yang statusnya masih tenaga kontrak dan pengabdian.  Adapaun tenaga kontrak dimaksud memperoleh penghasilan di bawah upah minimum kabupaten. Sedangkan tenaga pengabdi tidak memperoleh pengahasilan resmi dari pemerintah daerah.

3.2.2. Disiplin
Rivai (2004:44)  menyebutkan bahwa,“disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan paramanajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatuupaya untuk meingkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Lurah Seririt juga mengakui bahwa belum seluruhnya pegawai Kantor Lurah Seririt mampu menerapkan disiplin kerja yang baik. Hal itu dikarenakan masih ada beberapa pegawai yang dianggap mengabaikan aturan yang ada, termasuk yang berkaitan dengan jam kerja pegawai yang tidak pernah seratus persen hadir pada setiap apel pagi. Berdasarkan hasil observasi peneliti selama melaksanakan penelitian juga menemukan fakta bahwa hampir setiap hari ada saja pegawai yang tidak mengikuti apel pagi.

3.2.3. Cara Kerja
Berkaitan dengan cara kerja pegawai Kantor Lurah Seririt, Dilihat dari cara kerja pegawai, dalam hal loyalitas pegawai kepada pimpinan sudah baik, di mana pegawai cenderung melaksanakan apa yang menjadi instruksi pimpinan. Proses pelayanan juga berjalan dengan baik, dibuktikan dengan hampir tidak adanya keluhan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai kelurahan. Dalam hal kecepatan kerja, rata-rata pegawai telah mampu bekerja dengan cepat, hal ini dilihat dari tidak adanya keluhan masyarakat terhadap lamanya waktu pelayanan.
Cara kerja yang disiplin dan kreatif tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan lurah, dalam hal ini lurah selalu memberikan contoh kerja yang efektif dan penuh kebajikan dalam meberikan teladan. Hal ini mendukung pendapat berikut, bahwa kepemimpinan moral secara luas diidentifikasi sebagai perilaku seorang pemimpin yang menunjukkan kebajikan pribadi unggul, disiplin diri, dan tidak egois “demonstrates superior personal virtues, self-discipline, and unselfishness’’. Hal ini menuntut menetapkan contoh bagi bawahan, seperti integritas dan memenuhi kewajiban seseorang, tidak pernah mengambil keuntungan dari orang lain, dan teladan tanpa pamrih (Farh et al. 2008 dalam Qinxuan Gu, dkk, 2015).

3.2.4. Kreativitas dan Inisiatif Kerja
Kreativitas pada umumnya berkaitan dengan kemampuan dan keuletan untuk berupaya menemukan ide-ide ataupun hal-hal baru, (LAN-RI, 2014). Sekretaris Lurah Made Sujana,SH mengatakan bahwa “ Dilihat dari inovasi atau kemampuan pegawai dalam menerapkan ide-ide baru menurut Saya masih kurang  Artinya, pegawai masih melaksanakan apa yang sudah ada dan yang menjadi kebiasaan selama ini. Lurah Seririt sendiri juga mengakui bahwa inovasi dan inisiatif yang dimiliki oleh pegawai masih dirasa kurang. Tetapi untuk pemberian masukan kepada atasan atau rekan kerja menrutnya sudah cukup baik.
Selain hal itu, peneliti juga melihat bahwa inisiatif atau keberanian pegawai dalam mengambil keputusan sendiri yang menyangkut penyelesaian tanggung jawab kerjanya juga masih rendah. Mereka cenderung minta arahan, padahal kalau menurut peneliti hal itu sebenarnya bisa diputuskan sendiri oleh pegawai karena tidak bersifat prinsip dan strategis. Dalam hal urusan keberanian memberikan masukan, peneliti mengamati bahwa rata-rata pegawai telah mampu memberikan masukan kepada pimpinan, baik diminta maupun tidak.

3.3.       Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Pegawai Kantor Lurah Seririt
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan/keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan, (Usman, 2000:34).
Abu Bakar salah seorang staf memberikan pendapatnya terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pegawai, “Kalau menurut Saya salah satu factor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai yaitu materi atau uang. Karena kita semua bekerja tentu untuk mendapatkan uang.” Selain Abu Bakar, Nia Dianita yang juga seorang staf mengatakan hal yang sama. Selain materi, menurut Nia Dianita “ hal yang lain adalah sarana pelayanan, misalnya komputer yang memadai. Karena kalau sarana pelayanan cukup maka pegawai atau staf dapat bekerja dengan fokus..”
Sementara itu Made Sumerta Adnyana menyatakan sebagai berikut : “Kalau menurut Saya, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai yaitu materi. Karena dengan mendapatkan materi maka aspek kesejahteraan sedikit terpenuhi. Factor lain misalnya suasana atau lingkungan kerja yang baik nyaman. Karena pegawai bekerja tentu butuh kenyamanan.” Sedangkan Luh Putu Sri Wahyuni seorang tenaga kontrak mengatakan bahwa, “ Materi atau uang sangat mempengaruhi motivasi pegawai. Selain itu kita juga butuh sarana pelayanan yang baik dan memadai, sehingga kita semua bisa melaksanakan tugas di kantor dengan baik”.

4.        Penutup
4.1.  Simpulan
Dari penelitian dan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Secara umum Kepemimpinan Lurah Seririt sudah baik. Hal itu dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut :
a.         Upaya pembinaan dan pengarahan yang sudah baik;
b.         Upaya pengembangan pengetahuan dan keterampilan sudah baik;
c.         Upaya pemberian penghargaan sudah baik; dan
d.        Upaya pemberian sanksi juga sudah baik.
2.    Adapaun tingkat Motivasi kerja pegawai Kantor Lurah Seririt bisa dilihat sebagai berikut  :
a.         Motif memperoleh materi, jabatan, dan pengabdian sudah dimiliki oleh pegawai;
b.         Disiplin dalam hal jam kerja, kehadiran pegawai, dan ketepatan waktu masih kurang baik;
c.         Cara kerja pegawai dilihat dari loyalitas, pelayanan, keterampilan, dan kerjasama sudah baik;
d.        Kreativitas dan inisiatif yang meliputi inovasi dan inisiatif masih kurang baik, sedangkan kemampuan memberikan masukan sudah baik.
3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pegawai Kantor Lurah Seririt yaitu sebagaiberikut :
a.         Materi ;
b.         Promosi Jabatan ;
c.         Lingkungan kerja yang baik dan nyaman;
d.        Hubungan yang baik antar sesame pegawai dan anatara pegawai dengan atasan;
e.         Sarana pelayanan yang memadai;
f.          Pengetahuan, keterampilan, dan wawasan pegawai;
4.2.       Saran
Dari kesimpulan di atas, maka dapat penulis sampaikan saran sebagai berikut :
1.        Lurah agar melakukan koordinasi dengan pihak Badan Kepegawaian Daerah dalam rangka pelaksanaan pengembangan pengetahuan dan keterampilan pegawai melalui kegiatan diklat, kursus, maupun studi banding.
2.        Dalam hal motivasi kerja pegawai, Lurah agar lebih tegas dalam membina disiplin pegawai yang masih kurang. Selain itu Lurah agar memberikan motivasi kepada pegawai sehingga mampu memberikan inovasi dan meningkatkan kreativitas kerja pegawai yang masih kurang.
3.        Terkait faktor yang berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai, Lurah agar dapat menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman, hubungan kerja yang baik, dan berupaya menambah sarana kerja sehingga lebih memadai.

Daftar Pustaka
Fein, Erich C., Aharon Tziner, Cristinel Vasiliu, & Mihai Felea, 2015. “Considering the gap between Implicit Leadership Theories and expectations of actual leader behaviour: A three-study investigation of leadership beliefs in Romania*. JEEMS, 20(1), 68-87.  DOI 10.1688/JEEMS-2015-01-Fein
Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE.
Krisyanto, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenadan Media Group
LAN-RI. 2014. Materi Diklatpim IV : Berpikir Kreatif dan Inovasi di Sektor Publik. Jogjakarta : Badan Diklat DIY
Manafi, Mahmoud & Indra Devi Subramaniam,  2015. “Relationship between Human Resources Management Practices,Transformational Leadership, and Knowledge Sharing on Innovation in Iranian Electronic Industry”. Asian Social Science; Vol. 11, No. 10; 2015
Moleong, Lexy. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nawawi, H.Hadari. 2008. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada          University Press, Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.
Qinxuan Gu , Thomas Li-Ping Tang & Wan Jiang, 2015 .“Does Moral Leadership Enhance Employee Creativity? Employee Identification with Leader and Leader–Member Exchange (LMX) in the Chinese Context”..J Bus Ethics (2015) 126:513–529. DOI 10.1007/s10551-013-1967-9
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari teori Ke Praktik. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Siagian, Sondang P.2012. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Bina Aksara.
Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN
Siswanto,H.B. 2011. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta
Timpe , A. Dale. (1999). Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis “Kinerja”. Jakarta: Gramedia Asri Media.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional.. Bandung: Remaja Rosdakary.
Wahjosumidjo. 1997. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalian Indonesia.
Yasa, Putu. 2013. Puluhan PNS Pemkab Terjaring Razia. http://bali.antaranews. com/berita/41323/puluhan-pns-pemkab-buleleng-terjaring-razia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar