Oleh : I Ketut
Budiarsa*1 dan Putu Agustana*2
*1Alumni
FISIP UNIPAS. *2Staf Pengajar FISIP Universitas Panji Sakti
(Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 5 No. 1- Pebruari 2016,
hal 76-87)
Abstrak. Kegiatan ekonomi
pariwisata telah mendorong transformasi lahan secara besar-besaran, pengalihan
fungsi lahan-lahan historis, sosio-kultural yang sangat unik, menjadi
sentra-sentra bisnis pariwisata menimbulkan permasalahan tersendiri. Munculnya
kasus-kasus tanah dan kasus-kasus
lainnya adalah ketika terjadinya persinggungan antara kepentingan
kepariwisataan dengan sarana keagamaan khususnya tempat-tempat suci. Desa Umeanyar adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Seririt Kabupaten Buleleng. Desa Umeanyar memiliki letak geografis yang sangat
strategis, memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai daerah wisata, di mana
daerah ini didukung oleh potensi alam dan budaya. Sehubungan dengan itu Kelian Desa Pakraman sebagai Prajuru Desa memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur
Krama Desa, mengendalikan perkembangan pariwisata di bidang perhotelan, pondok wisata dan juga wisata alam terumbu karang yang
menjadi andalan daya tarik wisatawan
untuk berkunjung ke desa Umeanyar. Selain berpedoman pada ajaran Tri Hita Karana, Kelian Desa
Pakraman dalam mengembangkan dan mengendalikan pariwisata yang ada di desa Umeanyar juga tetap berpedoman
pada aturan desa, yang tidak kalah pentingnya dengan aturan yang lain yang
telah lama dimiliki oleh setiap Desa Pakraman yang ada di Bali yaitu Awig-Awig.
Perkembangan Pariwisata dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
kehidupan masyarakat. Dampak positif yang terjadi yaitu kesejahteraan
masyarakat bisa meningkat, dan menciptakan lapangan kerja. Begitu juga dampak negatif yaang sering ditimbulkan adalah adanya
perubahan pola
kehidupan sosial masyarakat.
Simpulan
dari penelitian ini adalah 1) pengembangan pariwisata berlandaskan local genius
Trihita Karana dan piranti pengaturan melalui awig-awig Desa Pakraman. 2) Kelian Desa Pakraman sangat berperan dalam mengendalikan
pengelolaan pariwisata dan mencegah dampak negatif dari pariwisata. Rekomendasi
yang dihasilkan bahwa Kelian Desa
Pakraman perlu terus memperkuat
system pengelolaan dan pendendalian pariwisata dengan mengakses program dan
kerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Buleleng maupun Provinsi Bali,
untuk mempertahankan destinasi pariwisata handalan saat ini menjadi daya tarik
pariwisata di masa depan.
Kata
Kunci : Peran, Kelian
Desa pakraman, Pengendalian, Pariwisata Pedesaan
1.
Pendahuluan
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alenia ke- 4 (empat) disebutkan bahwa tujuan pembangunan nasional
Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan melindungi segenap
bangsa dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara merata, baik material
maupun spiritual dalam bidang Idiologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan keamanan (Ipoleksosbudhankam) berdasarkan
Pancasila. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut maka pembangunan
dilakukan secara menyeluruh di berbagai sektor kehidupan baik pada masyarakat
perkotaan maupun pedesaan. Pada masyarakat pedesaan pembangunan dilakukan
sesuai dengan potensi desa yang ada. Pengembangan berbagai potensi pedesaan ini
sangat penting dalam rangka mencapai upaya pemerataan hasil-hasil pembangunan,
dan peningkatan percepatan kesejahteraan masyarakat.
Salah
satu sektor yang menjadi andalan dalam pembangunan di Bali dan telah berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali secara umum adalah sektor
pariwisata. Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu menyediakan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf
hidup dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan.
Kegiatan ekonomi pariwisata telah mendorong transformasi lahan secara
besar-besaran, pengalihan fungsi lahan-lahan historis, sosio-kultural yang
sangat unik, menjadi sentra-sentra bisnis pariwisata. Transformasi kawasan pertanian dan ekologis menjadi sentra-sentra bisnis, atau
perluasan sentra bisnis.
Persepsi
masyarakat yang kurang sinkron dengan tujuan pengembangan pariwisata, ditambah
dengan perencanaan yang tidak baik, artinya pengembangan pariwisata diimbangi
dengan kemampuan sumberdaya manusia dalam mengembangkan destinasi wisata,
memberikan dampak yang kurang baik bagi keberlanjutan investasi, pengelolaan
keuangan, dampak sosial yang kurang diperhitungkan serta member dampak pada
lingkungan. Kenyataan ini juga disampaikan dari temuan penelitian berikut: “intolerable material, financial and social
costs”, terdapat tiga hal yang mepengaruhi pariwisata pedesaan yaitu: 1) social and technical infrastructure (infrastruktur
sosial dan teknis), ecology and lifestyle
(ekologi dan gaya hidup) (Kachniewska, 2015).
Beban
lingkungan (ekologi) melampaui daya dukung pada berbagai kawasan, akibat
pemusatan kegiatan, transformasi lahan kawasan, transformasi sentra ekosistem
dan mobilitas penduduk luar kota ke kota maupun luar Bali ke Bali, yang
cenderung berdomisili terpusat pada sentra-sentra kegiatan ekonomi
(Wyasa,2003:4). Hakekat pariwisata Indonesia bertumpu pada keunikan dan
kekhasan budaya dan alam, serta hubungan antar manusia. Melalui pengembangan
pariwisata diharapkan dapat memperkokoh jati diri bangsa dan lestarinya fungsi
lingkungan. Namun demikian pembangunan
kepariwisataan Indonesia tetap menempatkan kebhinekaan sebagai suatu
yang hakiki dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Falsafah
pembangunan kepariwisataan nasional dilandasi oleh norma-norma agama dan
nilai-nilai budaya sebagai konsep hidup bangsa Indonesia yang berkeseimbangan
yaitu hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara sesama
manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam, baik yang berupa
sumber daya alam maupun lingkungan geografis. Konsep tersebut dalam kehidupan
masyarakat Hindu di Bali disebut dengan “Tri
Hita Karana”. Hal ini didukung oleh
pendapat Karang (2007: 6), menekankan agar pariwisata
kembali dibangun dengan menjujung konsep Tri
Hita Karana, yaitu Parahyangan,
yaitu hubungan manusia dengan Ida Sanghyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa dengan
baik, Pawongan, dimana hubungan
antar manusia terjadi keharmonisa,dan Pelemahan,
yakni hubungan manusia dengan alam sekitarnya dalam kondisi lestari dan baik.
Buleleng
adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Bali yang terletak dibagian
utara pulau Bali. Kabupaten Buleleng memiliki tiga kawasan wisata berdasarkan
tata ruang Kabupaten Buleleng yaitu kawasan wisata Batu Ampar, kawasan wisata
Lovina dan kawasan wisata Air Sanih. Namun dalam perkembangannya, berkembang
beberapa kawasan wisata yang lain yang saat ini masih dalam pengembangan di mana
ditemukannya obyek-obyek wisata yang masih tersembunyi selama ini seperti yang
ada di desa Umeanyar. Beragam dan terfragmentasi geografi alam dan manusia di
daerah pedesaan membayangkan potensi besar untuk pariwisata, namun kerapuhan
dan kerentanan alam di pedesaan menimbulkan perasaan ragu-ragu untuk
mengakomodasi pariwisata massal dalam volume besar (Aslam dan Awang, 2015). Tantangan dalam
mengembangkan dan memperluas daya jangkau pariwisata adalah sumberdaya manusia
di pedesaan, dalam rangka penguatan investasi dan memproduksi budaya pariwisata
kreatif di pedesaan. Hal ini di perkuat dengan hasil penelitian Čikić dkk (2015), bahwa terdapat
beberapa kelemahan pengembangan pariwisata pedesaan antara lain: 1) tidak
memiliki pengetahuan yang cukup dan informasi tentang pariwisata pedesaan; 2)
kekeurangan anggaran dan pola pengelolaan keuangan terbatas; dan 3) perlunya meningkatkan kerjasama antara
penyuluhan dan otoritas lokal, regional dan nasional (khususnya di desa
wisata). koneksi horizontal dan vertikal antara stakeholder memfasilitasi arus
informasi lebih cepat dan unggul, yang sangat penting bagi keberhasilan
penyuluhan. Pengembangan budaya kreatif di pedesaan sangat diperlukan untuk
menarik wisata ke pedesaan, sehingga tidak hanya mengandalkan wisata alam atau
destinasi wisata warisan, tetapi bentuk kreatif yang dikembangkan oleh
masyarakat pedesaan, yang meliputi pengolahan daya pikir, karya seni dan system
budaya pergaulan masyarakat perlu dikembangkan. Budaya kreatif dapat
dikembangkan dari desain ruang untuk pertimbangan ekonomi, lingkungan, budaya,
dan pariwisata asli pedesaan (Kostopoulou,
2013)
Desa
Umeanyar adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Seririt kabupaten Buleleng. Desa Umeanyar memiliki letak geografis yang sangat
strategis, memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai daerah wisata, di mana
daerah ini didukung oleh potensi alam dan budaya. Di desa Umeanyar dikembangkan
wisata tirta berupa wisata diving dan
dolpin,
wisata budaya berupa pelestarian subak
sebagai salah satu kawasan pertanian yang selama ini dipertahankan untuk tidak
dialih fungsikan menjadi fungsi yang lain. Apabila ditata
dan dikelola secara baik dan profesional tentunya akan berdampak pada semakin
berkembangnya potensi wisata alam dan wisata budaya di desa Umeanyar dan tentunya berdampak positif pada peningkatan
pendapatan masyarakat desa khususnya yang bergerak di bidang pariwisata.
Sehubungan
dengan itu, Kelian Desa Pakraman sebagai Prajuru Desa Pakraman
mempunyai
peranan penting untuk meningkatkan proses pembangunan di pedesaan terutama
dalam pengendalian sektor pembangunan Pariwisata yang menjadi
andalan Desa Umeanyar. Seperti
halnya dalam mengendalikan perkembangan pariwisata di
bidang perhotelan, pondok wisata dan
juga wisata alam terumbu karang yang menjadi andalan daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke desa Umeanyar.
Dalam
proses pembangunan desa, Kelian Desa Pakraman diharapkan mampu untuk
memberikan motivasi kepada masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam
pengembangan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan bagi desa Umeanyar dengan tetap berpegang teguh pada konsep
dan nilai-nilai budaya Bali yang berpedoman pada ajaran Tri Hita Karana. Selain berpedoman
pada
ajaran Tri Hita
Karana Kelian Desa Pakraman dalam
mengembangkan dan mengendalikan pariwisata
yang ada di desa Umeanyar juga tetap berpedoman pada aturan desa yang tidak
kalah pentingnya dengan aturan yang lain yang telah lama dimiliki oleh setiap
desa Pakraman yang ada di Bali yaitu Awig-Awig, di mana setiap Desa Pakraman memiliki awig-awig desa yang berbeda beda yang
disesuaikan dengan kehidupan sosial dan budaya di masing-masing desa pakraman bersangkutan.
Perkembangan Pariwisata dapat memberikan dampak positif
dan negatif bagi kehidupan masyarakat. Dampak positif yang terjadi yaitu
kesejahteraan masyarakat bisa meningkat, diperlukannya tenaga kerja yang
banyak. Begitu juga dampak negatif yang sering ditimbulkan adalah adanya
perubahan pola
kehidupan sosial masyarakat.
Berdasarkan
uraian di atas dalam kaitan dengan pengendalian pariwisata di desa Umeanyar, peneliti tertarik untuk memilih judul penelitian :
“Peran Kelian Desa Pakraman dalam pengendalian pariwisata di Desa Umeanyar, Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng”. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, dengan merumuskan tiga pokok permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
Strategi pengendalian pariwisata di Desa Umeanyar Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng?
2.
Bagaimanakah
peran Kelian Desa Pakraman dalam pengendalian pariwisata di Desa Umeanyar Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng?
3.
Bagaimanakah
dampak pengendalian pariwisata terhadap kehidupan masyarakat Desa Umeanyar Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng ?
2.
Pembahasan
2.1. Strategi Pengendalian Pariwisata Desa Umeanyar Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng
Strategi
pengendalian pariwisata Desa Umeanyar adalah Strategi Tri Hita Karana yaitu keharmonisan hubungan antara Manusia dengan
Tuhan, keharmonisan manusia dengan manusia dan keharmonisan manusia dengan alam
lingkungan, tri hita karana ini dalam istilah Kostopoulou sebagai “the genius loci or the ―spirit of place”
(spirit yang menjiwai seluruh aspek kehidupan masyarakat setempat sebagai local
genius) Kostopoulou (2013). Keharmonisan
hubungan krama Desa Pakraman Umeanyar
dengan Ida Sanghyang Widi Wasa akan
berdampak terhadap aspek religi kehidupan desa Pakraman Umeanyar. Perwujudan dari sarana pemujaan kepada Ida Sanghyang Widi Wasa diwujudkan
dengan adanya beberapa pura khususnya pura Khayangan
Tiga yang terdiri dari Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem. Perwujudan
keharmonisan pawongan di Desa Pakraman Umeanyar adalah Kerama Desa Pakraman Umeanyar yang merupakan kelompok manusia yang
bermasyarakat yang bertempat tinggal di dalam wilayah Desa Pakraman Umeanyar. Perwujudan dari keharmonisan hubungan Desa Pakraman Umeanyar dengan alam
lingkungan secara nyata dapat dilihat dari keberadaan obyek wisata yang ada di Desa Pakraman Umeanyar seperti
keberadaan subak yang sampai saat ini
masih produktif dengan aturan – aturannya,
wisata tirta (diving, snorkeling dan
dolpin) yang ada di kawasan pantai Desa Pakraman Umeanyar serta wisata tracking keliling desa. Perluasan dan
dampak perkembangan ekonomi yang meluas dan perubahan perspektif pariwisita
telah mendorong pengembangan pariwisata menuju daerah-daerah tepian perkotaan (Kostopoulou, 2013).
2.2.Peran Kelian Desa Pakraman Dalam Pengendalian
Pariwisata di Desa Umeanyar Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng
Peran adalah
serangkaian perilaku yang diharapakan pada seseorang sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal. Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan. Peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran
tersebut (Friedman, 1998 : 286). Selanjutnya peranan
adalah tingkah laku seseorang yang memerankan suatu kedudukan tertentu
(Koentjaraningrat, 2003: 137 ). Lebih lanjut disebutkan bahwa peranan mendapat
arti yang lebih khusus, yakni peran khas yang dipentaskan atau dilaksanakan
seseorang apabila ia berhadapan dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan
yang berbeda-beda.
Kelian Desa Pakraman sebagai prajuru desa memiliki peranan yang
sangat penting dalam mengatur krama desa,
mengatur pengelolaan harta kekayaan desa, bersama-sama pemerintah melaksanakan
pembangunan di segala bidang keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan, membina
dan mengembangkan nilai-nilai budaya Bali dalam rangka memperkaya,
melestarikan, mengembangkan kebudayaan nasional pada umumnya dan kebudayaan
daerah pada khususnya, berdasarkan “paras-paros,
sagilik-saguluk, salunglung-sabayantaka” (musyawarah mufakat), dan
mengayomi krama desa.
Kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan pemimpin adalah seseorang
yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan dalam
mengerjakan sebagian pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi Hasibuan (Irawan,
2000: 249 ). Martoyo (2000:28 ) berpendapat bahwa pemimpin adalah seseorang
yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Dengan
memantapkan peranan, fungsi, dan wewenang Kelian
Desa Pakraman Umeanyar , maka sesungguhnya semua aspek budaya yang didukung
oleh masyarakat desa Umeanyar akan menjadi daya tarik kepariwisatawaan yang
bila dipelihara dan dikembangkan dengan baik akan menjamin kelangsungan
kehidupan pariwisata di Desa Umeanyar. Di samping itu Kelian Desa pakraman berperan pula dalam pengendalian kawasan
wisata, mengawasi penyalah gunaan simbul-simbul keagamaan dan juga berperan
dalam mencegah pendatang liar yang masuk ke Desa Umeanyar, utamanya di wilayah palemahan Desa Pakraman Umeanyar. Kepemimpinan
Kelian Desa dapat mendorong pengembangan industry
pariwisata pedesaan berbasis budaya dan daya kreatif masyarakat yang dapat
diwujudkan secara bertahap dalam mengembangkan budaya dan produksi budaya
kontenporer di pedesaan “important
component of contemporary urban culture and production” (Kostopoulou, 2013).
2.3.
Dampak
Pengendalian Pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Umeanyar Kecamatan
Seririt Kabupaten Buleleng
Pengembangan pariwisata pedesaan member
dampak yang luas, “improvement of
quality, quantity and diversity of services in rural tourism” (Čikić,
et all. 2015). Perkembangan
kegiatan pariwisata yang terjadi di Desa Pakraman
Umeanyar bisa dikatakan sangat pesat. Dengan semakin banyaknya dibangun hotel
dan villa yang ada temasuk di dalamnya desa
pakraman sendiri mendirikan sebuah usaha desa adat berupa kawasan diving yang diberi nama Puri Jati Dive,
sudah barang tentu membawa dampak yang cukup signifikan terhadap pola kehidupan
masyarakat yang ada di desa Pakraman Umeanyar. Perkembangan Pariwisata di Desa Umeanyar
membawa dampak positif diantaranya :
1.
Besarnya
pendapatan desa pakraman yang
diterima dari para investor setiap tahun meningkat.
2.
Adanya
penyerapan tenaga kerja dari desa Umeanyar yang merupakan kerama desa Pakraman Umeanyar
3.
Mulai
dikenalnya keunggulan-keunggulan dan sumber daya yang bisa dikembangkan di Desa Pakraman Umeanyar
4.
Kesejahteraan
masyarakat mulai meningkat.
5.
Meningkatnya
mobilitas kerja.
6.
Timbulnya
niat untuk melestarikan lingkungan dari masyarakat krama desa Pakraman Umeanyar.
7.
Timbulnya
kesadaran kerama desa untuk menciptakan
lingkungan yang asri dan bersih sehingga menarik minat wisatawan untuk datang
ke desa Umeanyar.
Di samping dampak positif dampak negatif
sudah tentu pasti ada seperti apa yang didapatkan dari wawancara dengan
Perbekel, dan Ketua BPD desa Umeanyar. Dampak negatif yang ditimbulkan dengan
adanya pariwisata yaitu :
1. Mundurnya aktivitas gotong royong.
2.
Terjadinya gejala penyakit masyarakat yang meliputi kejahatan, narkotika,
maupun penyakit kelamin.
3. Adanya komersialisasi kebudayaan.
4. Adanya pencemaran lingkungan akibat limbah
industri perhotelan.
5.
Merebaknya penyakit yang dibawa oleh wisatawan yang dibawa dari luar daerah
umeanyar.
Untuk mengantisipasi perkembangan dampak
negative pariwisata ini diperlukan sinergi antara pemerintah pedesaan, Desa Pakraman dan partisipasi aktif dari seluruh komponen
pariwisata baik dari desa, maupun masyarakat pariwisata yang member kontribusi
pada pengembangan pariwisata pedesaan. Untuk itu konsep pengembangan pariwisata
berkelanjutan “the tourism development in
rural areas”, sangat diperlukan untuk ditawarkan dan dikembangkan oleh
pemerintah dan bekerjasama dengan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka
untuk mengembangkan desa wisata perlu untuk membuat penawaran yang mencakup
keterlibatan penduduk setempat, untuk melestarikan lingkungan di kawasan wisata
dan memungkinkan keuntungan ekonomi. Semua hal di atas menunjukkan bahwa
pendekatan ini dapat berbicara tentang pembangunan berkelanjutan pariwisata
pedesaan (Mrkša
& Gajić, 2014).
3.
Simpulan dan
Saran
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Desa Pakraman Umeanyar dalam menjaga dan memelihara fungsi lingkungan sebagai obyek wisata dalam mewujudkan kehidupan dan kesejahteraan secara berkelanjutan telah melakukan perencanaan dan penataan tata ruang secara terpadu dan berkelanjutan. Perencanaan tersebut dilakukan dengan keterlibatan penuh Kerama Desa Pakraman Umeanyar yang berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam konsep Tri Hita Karana (Parahyangan, Palemahan dan pawongan). Strategi Tri Hita Karana inilah yang dipakai untuk mengendalikan Pariwisata yang ada di Desa Pakraman Umeanyar selain Awig- Awig yang sudah ada dan disepakati oleh krama Desa Pakraman Umeanyar.
- Kelian Desa Pakraman Umeanyar telah melakukan upaya-upaya di dalam pengendalian pengembangan kepariwisataan yang dilakukan bersama-sama dengan elemen masyarakat krama Desa Pakraman Umeanyar sehingga perkembangan pariwisata di Desa Pakraman Umeanyar sesuai dengan tatanan kehidupan krama Desa Pakraman Umeanyar yang selama ini tetap teguh memegang konsep hubungan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa, hubungan antar kerama desa dan hubungan dengan lingkungan Desa Pakraman Umeanyar. Selalu berkoordinasi dengan aparat pemerintahan yang ada di Desa Umeanyar baik dengan Perbekel, BPD, Tokoh masyarakat maupun dengan krama Desa Pakraman Umeanyar agar bisa tetap mempertahankan keajegan Desa Pakraman Umeanyar yang tetap mempertahankan Awig-Awig Desa Pakraman dari pengaruh negatif baik yang datang dari dalam Desa Pakraman Umeanyar maupun dari luar.
- Keberadaan perkembangan kepariwisataan yang dikendalikan dengan baik akan membawa dampak positif terhadap kehidupan berkelanjutan dari masyarakat atau krama Desa Pakraman Umeanyar baik secara ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan Desa Pakraman Umeanyar. Tentu tidak dipungkiri bahwa dampak negatif tetap ada dari perkembangan pariwisata ini. Namun dengan perencanaan dan evaluasi serta pengawasan yang kuat dari Kelian Desa Pakraman dan krama desa, maka dampak negatif itu dapat ditanggulangi dengan baik.
3.2. Saran-
Saran
Dengan melihat pembahasan dan kesimpulan
di atas, maka beberapa saran penulis sampaikan sebagai berikut:
1.
Untuk
memperkuat fungsi pengendalian yang dilakukan oleh Kelian Desa Pakraman terhadap perkembangan kepariwisataan di desa
Umeanyar, maka disarankan agar Kelian
Desa Pakraman Umeanyar mencari dukungan kepada pihak pemerintah daerah
khususnya Pemerintah Kabupaten Buleleng dan bila memungkinkan dukungan dari
pemerintahan Provinsi Bali sebagai salah satu desa wisata yang dikembangkan
dengan pola dan konsep Tri Hita Karana berasaskan
Hindu.
2.
Peran
Kelian Desa Pakraman Umeanyar dalam
pengendalian Pariwisata yang ada di Desa
Pakraman Umeanyar sangat besar pengaruhnya terhadap Perkembangan
pariwisata. Sebagai Kelian Desa Pakraman
ke depannya agar tetap mempertahankan apa yang telah dilakukan oleh Kelian Desa Pakraman sebelumnya agar
keharuman nama Desa Pakraman Umeanyar
tetap ada sepanjang masa.
3.
Hendaknya
pengaruh positif maupun negatif dari perkembangan pariwisata di Desa Pakraman Umeanyar tetap dijadikan
sebuah pedoman didalam kehidupan krama
desa, selanjutnya di mana jangan sampai dampak positif yang ada, justru
menjerumuskan Desa Pakraman Umeanyar
ke dalam kondisi yang tidak kondusif dan layak untuk dikembangkan menjadi
kawasan wisata berkelanjutan. Apa yang telah ada saat ini adalah sebagai
handalan ke depannya menjadi daya tarik wisatawan untuk tetap datang berkunjung
ke desa Umeanyar.
Daftar Pustaka
Aslam, M. S. M.& Khairil Wahidin
Awang, 2015. “Enterprising Rural Tourism for Sustainable Rural
Development in Sri Lanka”. International Journal of Economics and Financial Issues, 2015, 5(Special
Issue) 27-33.
Čikić, Jovana, Marica Petrović, Branislav Đurđev,
2015. “Diffusion Of
Knowledge And
Rural Tourism Development – Example of Vojvodina”. Economics of Agriculture 1/2015 UDC: 338.48-44(1-22):659.235(497.113)
Friedman, 1998, Perencanaan Pembangunan Nasional :
Bandung, ALFABETA.
Irawan,
Prasetya, dkk. 2000. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Jakarta : STIA-LAN.
Koentjaraningrat,
2003. Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kostopoulou, Stella, 2013. “On
the Revitalized Waterfront: Creative Milieu for Creative Tourism”. Sustainability
2013, 5, 4578-4593; doi:10.3390/su5114578
Magdalena Anna Kachniewska, 2015. “Tourism development as adeterminant
of quality of life in rural areas”. Worldwide
Hospitality and Tourism Themes Vol. 7 No. 5, 2015 pp. 500-515 © Emerald
Group
Martoyo,
Susilo, 2000. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Yogyakarta : BPFE.
Milutin Mrkša, Tamara Gajić, 2014. “Opportunities For Sustainable Development Of Rural Tourism In The
Municipality Of Vrbas”. Economics of
Agriculture
1/2014 UDC: 338-44(1-22):502.131.1
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali, Nomor 3
Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman Kantor
Gubernur Bali.
Wyasa
P., Ida Bagus,dkk, 2003. Hukum Bisnis
Pariwisata,Bandung : Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar